Saturday, February 6, 2010

PRAHARA RUMAH TANGGA !


SUMPAH YAAAA !

gue amat teramat sebel kesel ampe pengen gue gigit tu orang. untung gue sayang nyeeet sama elo makanya gajadi gue gigit (gue yakin sih die juga pengen digigit sama gue, rawr).

gue inget sebuah kata-kata bijak dari manaaaa gitu deh lupa pokonya intinya orang yang paling bisa nyakitin elo adalah orang yang lo cintai dengan sepenuh hati, jantung, dan paru-paru lo.
see, mereka memegang tampuk kekuasaan penuh atas hati, jantung, paru-paru dan perasaan elo. mereka bisa sesuka hati memainkannya tanpa peduli kalo elo berdarah-darah menderita gara-gara mereka.

oke kembali ke masalah gue. gue sedang sedih marah sebel sama seseorang yang notabene gue cintai dengan sepenuh hati, jantung, dan paru-paru gue itu. kenapa ? nah itu, itu yang sampe sekarang gue pertanyakan. kenapa gue harus marah, sebel, kesel, dll, dst, dsb sama manusia itu sedangkan seinget gue, dia engga bersalah apapun hari ini. oke, emang dia sedikit menyinggung sesuatu yang sangat gue sebelin dalam hidup gue, tapi itu kan bukan alesan yang tepat buat marah yaga sih ?

tapi karena gue yang punya blog ini dan gue yang nulis postingan ini, jadi gue punya hak untuk 'merasa benar, sesalah apapun gue', you got it ?
sebenernya hal ini udah gue sampaikan dengan gamblang dari dulu, kalo gue engga suka sama sekali kalo dia menyinggung topik terlarang itu. tapi mungkin karena dia terlalu encer otaknya, sampe hal hal terlarang tersebut ingin ditanya-tanya terus, kenapa bisa kaya gitu, apa alasannya, gimana kalo aku yang kaya gitu, nanana, tralalala, trilili, hell yeah, fak yu !

tidak mengerti kah kamu heeey manusia kalo gue (TOLONG BAGIAN INI PENUH PENEKANAN BACANYA) tidak ingin topik itu kita bicarakan ?

tidak mengertikah kamu kalo itu adalah salah satu bagian hidup gue yang SANGAT menyakitkan sehingga dengan membicarakan hal itu gue akan inget sama semua hal busuk itu, heh ?

gue (jujur) sayaaaang sekali sama kau, hey manusia. tolonglah, jangan dulu ungkit-ungkit topik terlarang itu sampai gue bisa berdamai sama itu semua. bukan hanya kamu saja yang bertanya-tanya kenapa bisa kaya gitu, apa alasannya, gimana kalo kamu yang kaya gitu, nanana, tralalala, trilili, dan seterusnya. gue juga, sebagai manusia yang ternyata masih berperasaan, gue juga bertanya-tanya atas semua yang menimpa gue. gue juga pengen tau kenapa harus gue, gue juga penasaran kenapa harus seperti sekarang jadinya, GUE JUGA INGIN TAUUUUUU

sayangnya, semua pertanyaan gue belom terjawab. entah bagaimana semua mulut kompak bungkam. jelaslah gue bingung. jelaslah gue marah. dan sangat jelaslah kalo gue marah sama kamu klao kamu nanyain hal itu, orang gue juga belom tau jawabannya apa wleee :p

tarik nafaaaaaaaaaaaaaaaaaaas, hembuskan. mari kita akhiri kemarahan ini dengan hamdalallah, karena gue sadar sesadar-sadarnya kalo marah itu buang-buang ATP, FAD, dan NADPH. jadi lebih baik untuk gue sudahi saja kemarahan ini. mengingat hampir ratusan hari (lebay) gue engga denger kabar dari orang kribo itu, KENTARA SEKALI KALO GUE MARAH GARA-GARA KANGEN (heh ga nyambung, au ah bodo amat)

salam pis lop en 94h03l !

Wednesday, February 3, 2010

kakekku sayang, bagi duit dong

sedih sekali ketika kamu tau orang keriput jagoan yang kamu sayangi itu telah pergi jauuuuh sekali. dia berada suatu tempat disana, mungkin langit atau atau diplanet antah berantah diluar sana, kamu tidak terlalu mengerti. yang kamu tahu sekarang kamu begitu merindukan dirinya. sangat rindu.

memang tak banyak yang kamu ingat tentang dirinya. satu hal yang sangat lekat, kakekmu adalah pria termurah hati sedunia. kamu kecil -entah mengapa- sangat mata duitan. dulu kamu bahagia sekali ketika ibumu mengajakmu ke rumah kakek. diotakmu hanya ada uang dan uang. perjalanan kerumah kakek kamu isi dengan mengira-ngira berapa banyak yang akan kamu dapatkan hari itu, lima ribu kah ? atau sepuluh ribu ? atau bahkan duapuluh ribu.
wow, matamu berbinar-binar membayangkan betapa banyak permen dan mainan yang bisa kamu beli dari uang sebanyak itu. kamu akan sangat senaaaaang sekali ketika sampai dirumah kakek yang berada ditengah-tengah kota. wajahnya yang mulai menua menyisakan gurat-gurat ketampanan dimasa mudanya menyambutmu hangat. kamu dengan tak tahu malu langsung meminta 'jatahmu'. kakekmu seperti sudah hafal benar tabiat memalukanmu itu serta merta menyibak gulungan sarungnya, atau merogoh kantong celana pendeknya dan keluarlah lembaran-lembaran uang pecahan lima ribu. voila, satu lembar adalah milikmu .

kamu tersenyum lebaaaaar sekali, walau sedikit sedih karena tadinya kamu menyangka akan mendapat duapuluh ribu , tapi tak apa ini sudah lebih dari cukup untuk beberapa permen, chiki, dan mungkin dua atau tiga tentara-tentaraan plastik yang waktu itu sedang jaman sekali.

Kelas lima SD kamu pindah bersama ummi-abi-mu ke ibukota. Meninggalkan kakek tersayangmu yang mulai sakit-sakitan. Kenangan terakhir yang kamu ingat, sebelum kamu pergi, kakekmu bilang “jangan lupa berdoa untuk abi-ummi sama kakek dan nenek disini, jangan nakal ya ika disana. Masih ingat kan doa untuk orang tua gimana ?”. kamu mengangguk cepat, kamu tau pasti kakek akan memberiku uang seperti biasanya. Apalagi kamu akan pergi jauh dan lama, pasti akan luar biasa jumlahnya. Kamu melafalkan do’a itu dengan lancar “Rabbighfirli wali walidayya warhamhuma kama rabbayani shogira”.

Itulah terakhir kalinya ingatan tentang kakekmu yang masih sehat, setahun berikutnya kakekmu dikabarkan mulai sering sakit. Kelas dua SMP, kakekmu divonis stroke oleh para dokter. ketika kakekmu dibawa ke jakarta untuk berobat, kamu sedih sekali. Bukan karena karena kamu tidak mendapat ‘jatahmu’ lagi seperti dulu. Tapi, sungguh sedih sekali kakekmu jadi sangat kurus sekali. tangan yang dulu kuat mengerjakan apa saja kini membeku habis daya. Stroke telah merebut kakekmu, jagoan masa kecilmu. Bahkan kakekmu sudah tidak bisa menggunakan bahasa yang biasa kamu gunakan sehari-hari untuk berbicara dengannya, terputus sudah duniamu dengannya.

Walau bagaimanapun, kamu tetap harus melanjutkan hidupmu. Kakekmu sudah kembali kerumahnya disebrang pulau. Rupanya si jagoan keriput itu banyak maunya, tidak tahan dengan rumah sakit, bosan, dan macam-macam. Dasar orang tua itu.

Sampailah ketika kamu sudah lulus SMA dan kamu memutuskan untuk meninggalkan negrimu demi cita-cita anehmu. Siang atau sore kamu tak ingat kapan tepatnya, ayahmu menelpon, singkat saja, kakekmu telah pergi.
Tarik nafas, hembuskan. Orang tua pemurah itu, tega-teganya ! Bagaimana jika suatu saat kamu kehabisan uang ditengah jalan, siapa lagi yang akan kamu palaki ?
kenangan tentangnya berputar-putar dikepalamu, wajahnya, senyumnya, rambut putihnya (kamu ingat waktu itu kakekmu menyuruh kamu untuk mencabut rambut putihnya, dan sehelai dihargai seratus rupiah, tak usah ditanya, tentu saja kamu mau)
Setitik, dua titik, dan akhirnya air matamu menganak sungai. Kamu tak tahu harus berkata apa, mulutmu seperti kehabisan baterainya, sekujur badanmu lemas, rasanya badanmu mendadak tak bertulang. Itu adalah perpisahan tersepi dalam hidupmu.
Sepertiga malam berikutnya kamu bangun, tak lupa setiap sujudmu kamu menggumam do’a kecil itu untuk seseorang yang luar biasa telah mengukir masa kecilmu dengan begitu menyenangkan. “Rabbighfirli wali walidayya warhamhuma kama rabbayani shogira”.
Semoga di langit atau planet antah berantah itu tak ada yang memalak dirinya, amin.